PWGI.ORG – Bandung, Indonesia baru saja memasuki pemerintahan baru nasional, pasca pemilu dan pelaksanaan pilkada serentak di berbagai wilayah. Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara, lembaga keagamaan (baca : PGI maupun PGIW), baik di level nasional maupun regional memiliki peran dalam membentuk dan menjaga nilai- nilai kekristenan pada satu sisi dan dalam satu tarikan nafas nilai-nilai Pancasila dalamkehidupan bersama.
Gereja sebagai institusi keagamaan memiliki peran penting dalam membina umat untuk tidak hanya menjadi individu yang taat secara spiritual, tetapi juga sebagai warga negara yang aktif dalam proses ke-Indonesiaan. Dalam negara demokrasi Pancasila yang mengedepankan partisipasi aktif setiap individu dalam hidup bersama dan pengambilan keputusan, membutuhkan nilai-nilai moral dan etika yang kuat untuk hidup bersama dengan sesama anak bangsa.
Di dalam konteks masyarakat Indonesia, Gereja-gereja mempertahankan Pancasila sebagai “perjanjian luhur” yang di atasnya “rumah bersama Indonesia” dibangun untuk mencapai cita-cita masyarakat yang adil dan beradab. Karena itu, sekalipun akhir-akhir ini ketegangan hubungan antaragama terjadi di mana-mana, Gereja-gereja tetap mengulurkan tangan, mendorong dialog, dan mengundang semua komunitas agama/kepercayaan serta semua orang yang berkehendak baik untuk bekerja sama dalam menjawab panggilan bersama itu.
Panggilan Bersama Gereja-gereja di Indonesia menurut Dokumen Keesaan Gereja (DKG) PGI 2024 dapat dijabarkan atas panggilan keesaan gereja, panggilan pemberitaan Injil, dan panggilan pelayanan sosial-ekologis. Ketiga bidang ini merujuk pada apa yang dikenal sebagai tripanggilan gereja—persekutuan (koinonia), kesaksian (martyria), dan pelayanan (diakonia)—namun dengan mengingat bahwa panggilan gereja tidak terbatas dalam ketiga bidang itu. Panggilan peribadahan (leitourgia), pengajaran (catechesis), danpenatalayanan (oikonomia) juga merupakan bidang-bidang utama panggilan gereja. Panggilan Gereja-gereja itu ada di tengah konteks krisis keesaan, kebangsaan, ekologi, keluarga, pendidikan, serta efek disrupsi yang diakibatkan oleh perkembangan teknologi Artificial Intelligence.
Dalam konteks polycrisis Indonesia dan menuju Indonesia Emas 2045, Badan Pusat Statistik pada bulan Februari 2024 menyampaikan data bahwa terdapat kurang lebih 110.900.000 orang yang yang masuk dalam golongan pemuda (15-39 tahun). Jumlah tersebut hampir medominasi sebanyak 50% dari jumlah Warga Negara Indonesia. Dengan jumlah yang sebanyak itu peran pemuda sangatlah berpengaruh dalam Bonus Demografis menuju Indonesia Emas tahun 2045.
Indonesia pada 2020-2035 sedang mengalami bonus demografi, yaitu kondisi struktur penduduk yang didominasi oleh kalangan usia produktif. Di antara kelompok usia produktif itu, dua generasi baru yang muncul dengan karakteristik khas yaitu generasi Milenial dan generasi Z yang sering disebut sebagai para pribumi digital (digital native). Generasi Milenial dan Z adalah generasi muda yang tumbuh dalam era digital,memiliki akses lebih luas ke dunia luar. Mereka dapat terhubung dengan masyarakat dari berbagai negara dan budaya, yang dapat memperluas wawasan nasionalisme dan mempromosikan kerja sama internasional, memiliki pemahaman mendalam tentang media sosial, teknologi digital, dan keterampilan komunikasi online. Generasi ini sesungguhnya dapat digunakan untuk menyebarkan nilai-nilai nasional, melalui berbagai narasi dan konten yang kreatif serta peka zaman melalui kedermawanan dan kerelawanan.
Persoalannya sejauhmana lembaga keumatan mempersiapkan generasi Z dan milenial dalam memasuki realitas yang begitu cepat berubah termasuk perubahan nilai-nilai yag dihidupi dengan mengembangkan gereja yang intergenerasi. PelayananGereja yang dimaksud adalah merajut, tidak terpaku pada pelayanan dengan model tertentu dan terhadap kelompok tertentu saja melainkan pelayanan yang memastikan seluruh pihak terutama anak dan perempuan (termasuk mereka yang berkebutuhan khusus), berbagai latar sosial, ekonomi dan pendidikan merasa diterima dan dirayakankehadirannya untuk saling belajar, berkontribusi dan berdampak.
Di tengah meningkatnya kasus Kekerasan Berbasis Gender (KBG), secara khusus kekerasan dalam rumah tangga yang terjadi di Indonesia. Dalam Catatan Tahunan (CATAHU) KomNas Perempuan tahun 2023 angka KDRT masih cukup tinggi yaitu sebanyak 2.247 kasus, baik yang dilaporkan kepada KomNas Perempuan langsung (674kasus) maupun yang dilaporkan melalui lembaga layanan (1,573 kasus).
Tentu saja angka ini perlu dibaca dalam kerangka fenomena gunung es, yaitu bahwa angka tersebut hanyalah pucak dari gunung es yang kecil dan mewakili angka yang jauh lebih besar dari korban yang tidak melaporkan kasus kekerasan yang dialaminya. Kekerasan berbasis gender, termasuk KDRT, sejatinya adalah pelanggaran terhadap hak asasi manusia dan pelanggaran terhadap nilai-nilai hidup kekristenan. Berbagai tindak kekerasan dalam lingkup domestik tersebut menghancurkan keberadaan seorang manusia, dalam hal ini anak dan perempuan sebagai ciptaan Tuhan. Tidak ada seorangpun yang boleh untuk menjadi korban kekerasan karena alasan apapun, baik itugendernya, status sosialnya, warna kulitnya, pekerjaannya dan lain sebagainya. Setiap orang berhak untuk dapat merasa aman dan bebas dari tindak kekerasan, terutama di dalam rumah mereka sendiri.
Namun keadaan yang ideal ini masih jauh dari tercapai dan masih ada sangat banyak anak-anak dan perempuan yang menjadi korban KDRT. Dalam mengembangkan gereja intergenerasi dan ramah anak, pemuda, sertaperempuan, maka tidak ada seorangpun yang boleh diabaikan (No One left Behind), semua harus dirayakan kehadirannya untuk berkontribusi bagi keluarga, gereja dan Indonesia.
Dalam rangka memasuki pemerintahan baru Indonesia dan menuju Indonesia Emas 2024 Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia Wilayah Jawa Barat (PGIW) Jawa Barat akan melaksanakan Seminar Kebangsaan yang dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 11 Desember 2024 Waktu Pk. 07.00 – 19.00 WIB bertempat di Hotel Savoy Homan Jl. Asia Afrika No. 112 Bandung.
Dalam konteks Gereja-gereja di Jawa Barat, Persekutuan Gereja Gereja di Indonesia (PGI) Wilayah Jawa Barat melihat pentingnya melalui seminar kebangsaan ini memberi perhatian khusus menggali lebih jauh potensi Gereja-gereja dalam berkontribusi positif mempersiapkan warganya menuju Indonesia emas 2045, secara khusus mempersiapkan anak-anak, generasi muda dan berbagai kelompok marginal lainnya dengan berbagai potensi yang ada, merespons konteks krisis kebangsaan, pendidikan dan ekonomi agar Gereja-gereja berjuang untuk meghadirkan tanda-tanda kerajaan Allah.
Adapun tujuan dari kegiatan Workshop Kebangsaan ini adalah:
- Memetakan peran gereja dan negara dalam mempersiapkan generasi anak, generasi muda, kelompok minoritas dan warga gereja secara umum memasuki Indonesia emas dalam konteks pemerintahan baru.
- Memetakan kondisi ekonomi Indonesia dan Jawa Barat serta potensi gereja dalam membangun ketahanan ekonomi warga.
- Memetakan kondisi pendidikan Kristen di Indonesia dan Jawa Barat berkontribusi mengembangkan spiritualitas kristen dan kebangsaan melalui kurikulum pendidikan yang memadai sebagai salah satu aspek kualitas pendidikan Kristen.
- Merumuskan masukan untuk gereja-gereja, pemerintah dan lembaga terkait wujud partisipasi kekristenan menuju Indonesia emas 2045.
Peserta diundang dan hadir dalam kegiatan sekitar 130 orang yaitu
- Pemuda Gereja dari Sinode gereja anggota, PGIS, dan POUK 60 orang
- Aktivis anak, perempuan, disabilitas 30 orang
- Pengurus PGIW 10 orang
- Panitia 20 orang
- Narasumber, moderator, notulis 10 orang
Ibadah Pembukaan oleh Pdt. Daru Marhaendhy sebagai Pelayan Firman dengan pembacaan Firman Tuhan dari Lukas 21 : 25 – 28 yang dapat memberi dasar bagaimana dapat menjadi seratus persen Kristen dan seratus persen Indonesia, sebagai warga gereja dan warga negara Indonesia. Sebagai orang Kristen juga wajib mengambil bagian dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sambutan Pembukaan oleh Ketum PGIW Jabar Pdt Paulus Wijono, S.Th, MM. diwakili oleh Bapak Penatua Togu, “ Saya mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung sehingga seluruh pelaksanaan kegiatan dapat berlangsung dengan baik, juga Kepada Ibu Afifah Fauzi, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak yang diwakili oleh Bp. Indra Gunawan dengan keynote speechnya secara daring, Biro Kesra diwakilili bp. Rahmat, Bapak Rafael Anggota DPRD Provinsi Jabar sebagai Mitra kerja PGIW Jabar. Partisipasi Kekristenan di tengah polycrisis menuju Indonesia emas. PGIW Jabar dan warga gereja wajib aktif berpartisipasi dalam memecahkan polycrisis. Gereja menjadi agen perubahan menuju Indonesia Emas yang bertujuan memakmurkan rakyat. Melalui krisis yang ada kita sebagai gereja dapat ikut menciptakan perubahan yang ada. Selamat mengikuti seminar. Tuhan Memberkati,” Ungkapnya.
Seminar kali ini merupakan rangkaian dari 2 seminar sebelumnya yaitu Pendidikan Dan Pelatihan Fasilitator Rumah Ibadah Tangguh Bencana (RITB) dan Seminar KBB Yang didukung oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Lihat : https://wartagereja-jakarta.com/2024/11/28/pgiw-jawa-barat-dan-bpbd-provinsi-jawa-barat-selenggarakan-kegiatan-pendidikan-dan-pelatihan-fasilitator-rumah-ibadah-tangguh-bencana-ritb/
Lihat juga : https://beritaoikoumene.com/2024/12/09/gandeng-pemprov-jawa-barat-kampanyekan-nilai-nilai-toleransi-pgiw-jabar-gelar-seminar-kebebasan-beragama-berkeyakinan-kbb/
Lalu ada sambutan secara daring oleh Bp. Indra Gunawan mewaikili Ibu Afifah Fauzi, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak yang ikut mengucapkan selamat melaksanakan kegiatan seminar.
Kegiatan Workshop (Seminar Kebangsaan) yang dihelat oleh PGIW Jawa Barat dibagi menjadi beberapa sesi dan Diskusi Kelompok untuk Pendalaman materi, diantaranya sebagai berikut :
Sesi 1: Partisipasi Kekristenan dalam mengembangkan Pendidikan Kristen
- Pdt Dr Hariman Pattianakota (Ketua 1 MS GKP, Pendeta Kampus Universitas Maranatha Bandung) membawakan materi : “Peran generasi muda dan kelompok marjinal dalam menyongsong Indonesia emas 2045”, Hariman menyebutkan antara lain bahwa pada tahun 2045, Indonesia diperkirakan menuai bonus demografi yaitu jumlah penduduk Indonesia yang berusia produktif ( 15-64 tahun) sebanyak 73, 7 persen dan usia tidak produktif sebanyak 26, 3 persen. Dari jumlah penduduk dengan kelompok usia produktif yang mayoritas, diharapkan sebagian besarnya memiliki kecerdasan yang komprehensif, inovatif, damai dalam interaksi sosialnya, dan berkarakter yang kuat, sehat, menyehatkan dalam interaksi alamnya, Untuk mewujudkan Visi Indonesia emas, pemerintahan Prabowo -Gibran menerjemahkannya melalui delapan hal (asta cita), yaitu:
- Memperkuat ideologi Pancasila
- Mewujudkan pertahanan dan kemandirian (melalui swasembada pangan, energi, air, ekonomi hijau dan biru)
- Peningkatan lapangan kerja
- Pembangunan SDM( Pendidikan Kesehatan, olahraga, penguatan peran Perempuan, pemuda dan penyandang disabiiltas)
- Hilirisasi dan industrialisasi
- Pemerataan ekonomi
- Reformasi(politik, hukum, birokrasi)
- Lingkungan-kebudayaan (hidup harmonis dengan sesama dan alam).
Karena keterbatasan ruang dan waktu, saya mengelaborasi aspek Pembangunan SDM, khususnya Pendidikan, Kesehatan. Di dalam penjelasannya, pembangunan manusia dihubungkan dengan percepatan pendidikan rakyat Indonesia secara merata dan peningkatan derajat kesehatan serta kualitas hidup rakyat. Dengan kata lain, pendidikan dan kesehatan menjadi fondasi pembangunan manusia Indonesia 2045. PGI dalam DKG 2024-2029 menangkap dengan jeli kalau Pendidikan dan Kesehatan sedang krisis.
- Johan Tumanduk, SH, MM, M.Min, M.Pdk (Ketua III Majelis Pendidikan Kristen/ MPK di Indonesia)
Membawakan materi dengan tema “Quo Vadis Sekolah Kristen di Indonesia : Respons Gereja” – Fakta yang terjadi saat ini :
- Dari 2010 – 2020, jumlah umat Kristen di Indonesia naik sebanyak sekitar 3.7 juta.
- Ironisnya, Sekolah Kristen di Indonesia 40% mengalami PENURUNAN, dan 30% mengalami STAGNASI.
- Penurunan jumlah dan kualitas sekolah akan mempengaruhi penurunan jemaat dari gereja yang memiliki sekolah tersebut
MPK dan Pemerintahan yang baru :
- Alokasi dana BOS yang berpihak sekolah yang denga SPP rendah.
- Mempercepat sertifikasi guru (PPG).
- Mengatasi Gelombang P3K dengan perubahan undang-undang agar guru P3K bisa mengajar sekolah swasta.
- Ketersediaan guru agama Kristen di sekolah negeri & pemerataan di daerah.
- Mempercepat proses sertifikasi guru agama
- Moderator: Dr. Seriwati Ginting
Sesi 2 : Peran Gereja Dalam Penguatan Ekonomi Warga di tengah Krisis Ekonomi Global dan Indonesia.
- Pdt Harry Sujadmiko, M.Th (GKJ)
Secara umum kondisi dan keadaan masyarakat pedesaan di Indonesia senantiasa menghadapi masalah-masalah laten, seperti: kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan, kualitas pendidikan yang rendah, kualitas kesehatan yang minim dan gizi yang buruk, kerusakan sumber daya alam dan lingkungan, kurangnya pemberdayaan potensi daerah, problem moral dan sosial yang saling terkait dengan problem-problem lainnya.
Gereja-gereja Tuhan di pedesaan/dusun yang terpencil di beberapa kantong Kristen di Indonesia pun kondisinya sungguh memprihatinkan, nyaris tak tersentuh kemajuan oleh pemerintah pusat/daerah, infra-struktur yang sangat terbatas, nyaris terisolisasi dari dunia luar.
Menghadapi kondisi sedemikian, sangat perlu gereja-gereja TUHAN khususnya yang diperkotaan dan secara ekonomi dan fasilitas mengalami kecukupan, untuk berperan menjalankankan fungsinya membantu Saudara seimannya untuk bisa bangkit dari keterpurukannya.
Dalam konteks inilah, maka topik diskusi kita ini sangat penting. Bagaimana peran gereja-gereja dalam keterlibatan aktif membantu penguatan ekonomi Saudara seiman kita yang kurang beruntung. Hal-hal apa saja yang penting menjadi perhatian kita, agar bisa berperan maksimal untuk membangun wilayah kantong-kantong Kristen, khususnya yang berada di wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan dan Terluar) bisa meningkat ekonominya.
Melalui kesempatan ini, kami juga akan sharingkan partisipasi GKY melalui Program PPMT (Pusat Pelatihan Misi Terpadu). Program ini diselenggarakan dengan sebuah kesadaran bahwa upaya untuk peningkatan, pengembangan dan pemberdayaan masyarakat desa diperlukan pendekatan secara terpadu/terintegrasi dan holistik, tidak hanya mencakup bidang rohani saja, tetapi juga mencakup bidang fisik dan ekonomi, karakter, kewirausahaan, dll.
Gereja memiliki potensi besar untuk menjadi motor penggerak ekonomi komunitas, baik melalui pemberdayaan individu, penguatan komunitas, maupun advokasi kebijakan. Peran ini sangat relevan untuk membantu jemaat bertahan dan berkembang di tengah krisis ekonomi global, khususnya ancaman krisis ekonomi di Indonesia.
- Prof Dr Miranda Gultom (Pakar Ekonomi) membawakan Materi dengan tema Peran Gereja Dalam
Penguatan Ekonomi Warga Jemaatnya. Miranda Menyampaikan Potret Perekonomian Indonesia saat ini, EKonomi Global dan Tantangan ke depan dan peran gereja yaitu,
- Menghindari Middle Income Trap
India tumbuh baik sekitar 7.0% in 2024, sementara China tetap jauh lebih rendah dari biasanya, 4.8%. Data ini menekankan pentingnya policy responses yang mapan untuk menghindari the middle-income trap. Bagi Indonesia dan beberapa emerging economies lainnya, perlu untuk serius mengatasi masalah dengan melakuikan structural reforms, invetasi di SDM, dan mendorong inovasi.
- Menuai Manfaat dari Digitalisasi
Digital Banking Transaction, Digital banking transactions and electronic money tumbuh sangat pesat, QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) transaction. Qris ‘ growth rate 183.9% year-over-year (yoy) di bulan October 2024 menunjukkan kenaikan yang signifikan dalam mengadopsi dan menggunakan QRIS sebagai pembayaran di Indonesia dan Electronic Money , Pertumbuhan transaksi electronic money sekitar 27.0% (yoy) di bulan October 2024.
- Digital Adoption di UMKM
Sudi Affandi et. Al ( Wp 2023) di 5,035 UMKM di 17 provinsi besar di Indonesia menunjukkan perbedaan nyata dalam memanfaatkan e[1]procurement, point of sales, digital payment, e-marketing, dan e-commerce, tergantung dari berbagai factor antara lain
• Karakter demografi setempat,
• Lingkungan usaha
• Ketersediaan dan kualitas internet
• Financial Literacy (PENTING MENGEDUKASI)
- Menghindari ancaman Artificial Intellegence
Lalu Bagaimana gereja berperan dalam kondisi seperti ini ?
1. Tingkatkan edukasi dan mutu Pendidikan SECARA UMUM DAN CYBERSKILLS
2. SOFTSKILLS dimulai di rumah tangga Kristen
3. Kurangi pengeluaran kurang perlu tetapi mulai berpikir meningkatkan UMKM baik dari sisi dana, keahlian, dan bantuan pemasaran
- Moderator: Pdt Dr. Margie Ririhena-de Wanna
Sesi 3 : Peran Pemuda dan kelompok marginal lainnya menuju Indonesia Emas
- Pdt. Darwin Darmawan, MA (Sekum PGI)
Membuka materinya yang bertema : Peran generasi muda dan kelompok marjinal dalam menyongsong Indonesia emas 2045, mengatakan,” Tim kerja meminta saya mendiskusikan topik yang sangat penting dan secara teologis tepat. Generasi muda dan kelompok marjinal punya peran dalam mewujudkan cita-cita Indonesia emas 2045. Mereka punya agency mewujudkan cita-cita bangsa. Asumsi ini penting dipegang.
Banyak orang-termasuk warga gereja- melihat dirinya tidak bertanggung jawab dalam mewujudkan cita-cita bangsa. Sekedar menunggu dan menikmati kemajuan bangsa. Tidak mau repot ikut mewujudkannya. Atau, melihat dirinya terpisah dari masyarakat Indonesia. Tidak menganggap Indonesia sebagai rumah besar yang perlu dibangun bersama. Padahal, demokrasi mengandaikan partisipasi demos dalam membangun kehidupan bersama. Rakyat perlu menjadi warga negara yang bertanggung jawab.
Banyak orang berasumsi, orang muda dan kelompok marjinal sebagai kelompok yang inferior dan powerless. Dan ini terjadi dalam kehidupan gereja. Sebagian gereja kehilangan orang muda karena gereja melihat generasi baby boomers sebagai power center dan memposisikan orang muda di periferi. Para pemuda tidak terlalu dianggap penting. Bisa ada, bisa tidak. Karena itu, perannya antara ada dan tiada. Maka, di tengah kecenderungan meremehkan generasi muda, keyakinan bahwa orang muda -dan kelompok marjinal lainnya- punya peran mewujudkan Indonesia emas 2045, adalah sesuatu yang penting dan tepat.
Agar topik yang penting dan secara teologis tepat ini tidak menjadi gimmick seminar, saya membahasnya dengan memakai perspektif realistis berpengharapan. Perspektif ini menghindari kita jatuh pada optimisme semu. Jika jujur melihat realita , kita tidak terlalu gembira melihat kenyataan yang ada.
Diakhiri kesimpulan Pdt. Darwin menyampaikan Perubahaan paradigma: menghidupi spirit para gembala yang penjelasannya sebagai berikut :
Orang muda, bersama dengan kelompok marjinal lainnya, acapkali dipandang sebelah mata. Mereka dicap lembek, tidak punya daya juang, malas. Ungkapan bahwa generasi muda adalah generasi strawberry, merepresentasikan sikap menganggap rendah orang muda.
Gambaran yang serupa terjadi pada para gembala, yang dianggap sebagai status yang menjijikan(Kej 46:34). Mereka dianggap rendah, uncivilized, tidak selvel dengan keberadaan orang Mesir. Menariknya, saksi pertama kelahiran Kristus adalah para gembala. Para gembala juga dipercaya untuk meneruskan karya Allah di dalam kelahiran bayi Kristus. Mereka melakukan itu. Orang banyak percaya dengan kesaksian mereka dan kagum(Luk 2:18). Para gembala pun bersuka cita(Luk 2:20). Rasanya bukan kebetulan ini terjadi.
Mengapa saksi pertama kelahiran Yesus adalah para gembala, bukan ahli teologia, bukan raja, bukan tentara, bukan pengusaha? Allah ingin mengubah paradgima kita terhadap orang kuat dan orang muda yang acapkali dipandang sebelah mata. Fokus perhatian gereja tidak boleh sekedar pada mereka yang kuat dan dianggap penentu keberhasilan Indonesia emas. Gereja (termasuk Indonesia) perlu memberi ruang kepada pra pemuda dan kelompok marjinal lainnya, dalam mewujudkan Indonesia emas.
Di gereja Protestan Persekutuan, ada pemberdayaan ekonomi kelompok difable. Mereka dilatih memproduksi anggur perjamuan kudus. Di NTT, beberapa pemuda yang dicap rendah karena suka nongkrong, bertani dan menyebut mereka petani milenial. Beberapa suku asli di Indonesia mampu melestarikan alam, sesuatu yang gagal dilakukan orang modern.
Narasi ini menggemakan spirit para gembala yang pergi ke Betlehem dan menjadi saksi Yesus dalam keberadaaan mereka yang dianggap rendah oleh lingkungannya. Panggilan mewujudkan Indonesia emas adalah panggilan ke Betlehem, panggilan untuk pervaya kepada yang lemah, bahwa mereka bisa dan mampu dipakai Allah mewujudkan karya keselamatan-Nya yang besar.
- Rafael Situmorang (Anggota DPRD Prov. Jawa Barat) membawakan materi dengan tema :
Peran Pemuda Dan Kelompok Marjinal Menuju Indonesia Emas. Rafael mengatakan bahwa Indonesia memiliki Potensi : Indonesia mendapat Bonus Demografi Jumlah Pemuda yang berumur 16-30 Tahun berjumlah sekitar 64, 16 Juta atau 23,18% dari keseluruhan jumlah penduduk Indonesia ( data BPS Tahun 2023) dan Sumber daya alam yang melimpah seperti Komoditas yang sangat banyak diantaranya Sawit dll., Energi dan pertambangan cadangn migas, nikel dll.
Tantangan Dan Masalah yang dihadapi Indonesia : Kondisi Geopolitik Global, Sistem ekonomi yang kapitalistik ditunjang globalisasi men-saratkan pasar bebas dan persaingan yang bisa mengakibatkan kelompok- kelompok tertentu yang tidak punya askses pasar akan termarjinalkan,
Sumber daya manusia yang rendah dikarenakan kurangnya Pendidikan literasi, serta Pemerintahan dan penegakan hukum yang belum bersih.
Menurut Rafael Peluang Dan Peta Jalan Menuju Indonesia Emas : Transformasi Tata Kelola ( GCG)
Pengarusutamaan Gerakan masyarakat sipil melalui advokasi- advokasi kebijakan, Penguatan kelembagaan demokrasi dan Pendidikan
- Moderator: Jesaya Hasudungan
Usai pemaparan materi dalam 3 sesi diatas oleh para narasumber, dilanjutkan dengan Diskusi Kelompok Pendalaman dan Perumusan Hasil Pleno Pembacaan Hasil Kelompok dipandu oleh Pdt. Titin Gultom, Th.M
Acara diakhiri dengan Ucapan Terimakasih Panitia Pelaaksana kegiatan dan Doa Penutup serta foto bersama.
(Dharma EL/ Adil Sadana)